Ketika sesuatu terasa sulit untuk dimengerti, Bacalah!
Ketika sesuatu itu sulit untuk diucapkan, Tulislah!

.

Dapatkah kita MERDEKA tanpa buku?

Minggu, 14 Agustus 2016 - 19.44.00

Sudah bulan Agustus saja. Tidak heran di pinggir jalan sudah banyak yang menjual bendera dan pernak-pernik lainnya. Serta di beberapa rumah warga telah berdiri gagah bendera merah putih pada sabatang kayu itu. Rapat acara memperingati 17-an sudah sering dilaksanakan di kelurahan dan desa-desa. Pesta rakyat nasional itu tidak lama lagi akan terselenggara.

Bersyukur rasanya sudah ada di masa sekarang ini. Tidak terbayang jika ada pada masa-masa memperebutkan kemerdekaan. Peluh dan keringat keluar dari usai balap karung, bukan dari teriknya matahari mempertahankan daerah dari serangan penjajah. Kotornya baju seusai lomba tangkap belut di lumpur, bukan merayap memata-matai musuh pada saat gerilya. Lomba makan kerupuk juga sangat mengasyikan dengan gelak tawa, bukan makan ubi untuk mempertahankan hidup karena sulitnya mencari makanan pokok.

Rasa penasaran membawaku untuk kembali membaca kisah perjuangan dan hal-hal apa saja yang telah terjadi pada masa penjajahan itu di daerahku, Pekanbaru-Riau. 

Baru aku ketahui bahwa dahulunya Riau merupakan bagian dari Kerajaan Siak. Aku membacanya dari sebuah situs sebagai hasil penelusuranku di internet.

Cerita lain pun aku temukan pada saat membaca sejarah.

Awalnya Keresidenan Riau (Residentie Riouw) dibentuk pemerintahan Hindia-Belanda yang berkedudukan di Tanjungpinang. Cukup lama Belanda berkuasa di Riau. Hampir 3,5 abad lamanya. Dengan alasan ingin membantu melepaskan dari jajahan Belanda, Jepang diterima masuk ke Riau. Ternyata itu keliru, Lepas dari jajahan Belanda, Riau berada dalam genggaman Jepang. Jepang melakukan penekanan luar biasa terhadap masyarakat Riau. Pada tahun 1942, akhirnya Jepang berhasil menduduki Rengat. Tidak hanya itu, masyarakat Riau dipaksa bekerja untuk menyelesaikan jalur kereta api sepanjang 300 km yang menghubungkan Muaro Sijunjung dan Pekanbaru. (Sumber : http://m.riaupos.co/4064-opini-.html)

Cerita sejarah singkat diatas telah membuka pandangan dan memberikan gambaran padaku tentang Riau dimasa lampau. Dalam waktu singkat aku dapat beralih dari satu cerita ke cerita lain seolah-olah aku berada di masa itu. Kemajuan teknologi telah membantuku menuntaskan rasa penasaran dalam sekejap hanya dengan membaca.

Dahulu sebelum adanya teknologi seperti saat ini, kebebasan berpendapat atau menerbitkan surat kabar masih terbatas. Penulis dan ahli sastra secara sembunyi-sembunyi menuliskan kisah dan cerita. Buku hanya ditemukan pada tempat-tempat tertentu. Dan penjajah membatasi informasi yang ada untuk mencegah terjadinya persatuan bangsa.

Satu pertanyaan untuk direnungkan, dapatkah kita MERDEKA tanpa buku?

Dapatkah kita MERDEKA tanpa buku?


Namun kini disaat informasi sudah mudah diperoleh. Minat membaca malah semakin redup.
Sangat disayangkan, Terkadang hal mudahpun menjadi sulit untuk dilakukan. Kegiatan membaca yang terlihat mudah, ternyata tidak semua orang bisa melakukannnya.

Bukti paling dekat, laporan Jajak Pendapat pada suatu harian surat kabar tentang minat baca. Hasil yang diperoleh adalah sekitar 77,53 persen responden, mengisi waktu luang dengan membaca teks non buku. Bahkan sekitar 20,30 persen responden meluangkan waktu senggangnya tanpa membaca apa pun. Tidak kurang dari 67,16 persen responden tidak pernah mengujungi perpustakaan, dan 58,21 persen responden tidak pernah menganggarkan gaji per bulannya untuk membeli buku.

Bukti lainnya adalah dapat dilihat dari perpustakaan yang mulai sepi oleh pengunjung, layanan internet yang seharusnya digunakan untuk membaca informasi-informasi positif, justru digunakan untuk kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan membaca, seperti game online, melihat video, atau yang lebih buruk lagi mengakses hal-hal negatif.

Teknologi yang semakin canggih dianggap salah satu faktor penyebab turunnya minat baca generasi muda. Generasi muda merupakan pengguna terbesar kemajuan teknologi informasi saat ini. Tersedia banyak media hiburan seperti TV, komputer,handphone, sosial media, dan lain–lain yang sangat memanjakan penggunanya. Dan Indonesia menjadi salah satu pengguna sosial media terbanyak di Dunia. Sadar atau tidak sadar, kemanjaan sangat menyita waktu. Sehingga generasi muda kita terlelap dalam kemanjaan dan tidak memiliki waktu untuk kegiatan membaca.

Selain kurangnya kesadaran dan tidak menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan, faktor lain penyebab turunnya minat baca adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Penataan ruangan perpustakaan yang kurang nyaman, penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan tidak adanya ketertarikan masyarakat untuk keluar rumah mengunjungi perpustakaan dalam rangka membaca dan mencari sumber referensi.

Bukan tidak mungkin, permasalahan yang dianggap biasa ini membawa dampak yang merugikan bagi generasi muda. Adapun dampak yang timbul diantaranya adalah generasi muda akan mudah dipengaruhi atau didoktrin oleh pemahaman-pemahaman yang negatif atau dikelabui dengan informasi palsu. Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan generasi muda memiliki dasar yang dangkal dan pastilah akan mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang negatif.

Selain itu, Generasi muda yang tidak menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan, akan miskin akan wawasan, karena tidak adanya kefahaman dan wawasan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan mengenai apa yang terjadi. Remaja cenderung kurang peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya dan memilih menutup diri mementingkan trend yang sedang hangat. Tidak mengetahui informasi terbaru atau kurang update ilmu akan sulit untuk memajukan diri sendiri maupun lingkungan.

Dan dampak lainnya adalah tidak berkembangnya kreatifitas. Kreatifitas akan muncul apabila seseorang mengembangkan pola berfikir serta tanggap terhadap lingkungan sekitar. Pengembangan pola berfikir ini dapat diperoleh dengan kegiatan membaca. Tanpa adanya ide-ide kreatif, Indonesia akan kehilangan aset berharganya.

Segala dampak yang akan timbul itu menjadi tanggung jawab siapa? Tidak lain, masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak juga harus berkontribusi dalam pengembangan minat baca ini.

Kabar baiknya, di hari ulang tahun Kota Pekanbaru yang ke-232 (23 juni 2016), iPekanbaru hadir sebagai aplikasi inovasi daerah untuk meningkatkan minat baca masyarakat dari Pekanbaru untuk Indonesia. Cukup menggunakan smartphone, aplikasi berbasis android ini dapat digunakan masyarakat untuk menambah referensi dan bahan bacaan secara digital. Tidak hanya untuk membaca, iPekanbaru juga dirancang untuk dapat bersosialisasi dengan pengguna lain melalui fitur sosial media yang ada pada aplikasi tersebut. 


Hadirnya iPekanbaru ini juga sejalan dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia. Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memprediksi pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun ini sekitar 10% berkat perluasan pembangunan infrastruktur. Saat ini penetrasi sudah 38% dari total populasi atau sekitar 100 juta pengguna. Sekitar 70% pengguna internet di Indonesia mengandalkan smartphone untuk mengakses internet dan sisanya melalui desktop atau komputer. Diharapkan melalui proyek Palapa Ring akan menjadi backbone bagi layanan internet Indonesia akan selesai tepat waktu dan pertumbuhan pengguna bisa mencapai 40% lagi. Proyek Palapa Ring merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun ketersediaan layanan jaringan serat optik sebagai tulang punggung bagi sistem telekomunikasi nasional yang menghubungkan seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
(Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/07/07/berapa-persen-pertumbuhan-pengguna-internet-indonesia-tahun-ini )

Dengan memanfaatkan keunggulan dan kemajuan teknologi itu, menjadikan iPekanbaru sebagai sebuah inovasi yang ditawarkan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mengatasi permasalahan rendahnya minat baca masyarakat.

iPekanbaru, Digital Library in Hand


Saat ini, kebiasaan membaca masyarakat terutama generasi muda telah bergerak dari cara tradisional menjadi digital. Lihatlah begitu asyiknya membaca timeline media sosial dibandingkan membaca buku. Agar kegiatan dan manfaat penggunaan internet lebih optimal, iPekanbaru hadir sebagai pilihan kegiatan yang memungkinkan warga Pekanbaru menikmati secara gratis ribuan judul buku digital dari berbagai genre, yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

iPekanbaru, dengan tagline-nya ‘Digital Library in Hand’, merupakan aplikasi perpustakaan digital milik masyarakat yang dikelola penuh oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dalam hal ini BPA (Badan Perpustakaan dan Arsip) Kota Pekanbaru. Saat ini koleksi ebook berjumlah 4000 judul, yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun, tanpa kendala ruang dan waktu dan kendala distribusi, dengan sistem peminjaman layaknya perpustakaan konvensional dan menjadi kebanggaan masyarakat.

Hal-hal lain apa saja yang dapat dilakukan di iPekanbaru :

1. Sekolah dapat memanfaatkan iPekanbaru dengan beragam judul ebook yang ada sebagai media meningkatkan kemampuan literasi siswa lewat kegiatan 15 menit membaca sebelum aktivitas belajar mengajar.
2. Siswa dan guru dapat mempublikasikan karya ke dalam iPekanbaru.
3. Dinas / SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) terkait dapat memanfaatkan iPekanbaru untuk menerbitkan dokumen, arsip dan sarana publikasi lainnya dalam bentuk digital (ebook) sehingga dapat diakses dengan mudah oleh warga Pekanbaru.
4. iPekanbaru juga membuka partisipasi publik untuk menambah koleksi buku digital dalam ePustaka dan membuka perpustakaan digital pribadi bagi individu, komunitas, sekolah, organisasi profit/non-profit. ePustaka juga bisa menjadi medium bagi pengguna dan pembaca untuk mengakses bacaan, berbagi buku, bertukar referensi, memberi umpan-balik, membangun dialog dan lebih jauh bahkan dapat menjadi ruang untuk mempublikasikan hasil karya tulis pelajar atau penulis awam lainnya.

ePustaka yang ada di dalam iPekanbaru juga menjadi wadah bagi para anggotanya untuk berinteraksi satu sama lain dan membangun komunitas buku digital melalui fitur sosial media, sehingga kebiasaan membaca kini menjadi lebih menyenangkan.

Setiap akun juga memiliki status badges (Newbie, Bookworm, & Socializer) yang sejalan dengan jumlah buku yang dibaca dan frekuensi interaksi sehingga memotivasi anggota untuk mencapai status yang lebih tinggi.

Akun Profilku di iPekanbaru


iPekanbaru sebuah langkah kecil untuk melakukan perubahan besar. Memulai dari daerah untuk mengubah Indonesia. Tinggal kesadaran dan kebutuhan akan informasi yang akan mendorong seseorang untuk ikut membaca dan memberikan sumbangsih pada daerah sekitarnya.

Ketika ditanya, Dapatkah kita MERDEKA tanpa buku? jawaban sederhana, Tidak akan pernah. Teks proklamasi juga ditulis dengan ilmu. Ilmu didapat dari guru dan buku.

Semoga di hari kemerdekaan ini, kita bersama dapat memaknai perjuangan kemerdekaan dengan lebih baik, berfikir kreatif, dan inovatif serta dapat selalu memberikan kontribusi yang nyata berawal dari daerah untuk Indonesia.

Merdekaaa...
#InovasiDaerahku

----------------------------------

Share :

----------------------------------

Previous
Next Post »
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Salmansyuhada